Senin, 24 Oktober 2011

tugas kuliah perkembangan peserta didik


TUGAS KULIAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

Pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk diperoleh anak-anak ataupun orang dewasa. Pendidikan menjadi salah satu modal bagi seseorang agar dapat berhasil dan mampu meraih kesuksesan dalam kehidupannya
1.       Pengertian Multiple Intelligences (Kecerdasan Majemuk)
Konsep inteligensi atau kecerdasan secara umum bukanlah konsep yang statis. Konsep ini mulai dikembangkan oleh Sir Farncis Galton pada tahun1869 dengan dasar pandangan bahwa kecerdasan pada dasarnya adalah kecerdasan intelektual atau kemudian dikenal dengan istilah IQ. Konsep ini kemudian terus berkembang menjadi EQ (emotional quotient) atau kecerdasan emosional, SQ (social quiotient) atau kecerdasan social, ESQ (emotional social quotient) atau kecerdasan social dan emosional, AQ (adversity quotient) atau kecerdasan adversity, dan yang paling mutakhir kecerdasan kenabian (prophetic intelligence).
Diantara teori-teori Psikologi, konsep inteligensi tidak pernah menempati suatu posisi yang komprehensif, sistematik, dan mantap. Hal ini mungkin disebabkan karena hakekat dasar manusia yang berbeda satu-sama-lain (individual differences), sehingga teori-teori yang dibangun tentang manusia (kecerdasannya) yang umumnya didasarkan pada pengalaman dan studi empirik pada sampel yang terbatas, belum tentu menggambarkan konsep kecerdasan yang sesungguhnya pada semua orang. Penyebab lain, karena tes-tes inteligensi biasanya disusun berdasar teori-teori yang sudah dibangun, sementara pada kenyataannya, ada beberapa hal yang tidak ada dalam teori, sehingga tingkat inteligensi yang diperoleh dari hasil tes itu hanya inteligensi pada konteks teori itu saja. Jadi, konsep inteligensi memang terus-menerus berkembang .
Sampai saat ini ada beberapa konsep inteligensi atau kecerdasan yang sudah berkembang, antara lain:
 (1). Kecerdasan intelektual (intellectual intelligence / IQ),
(2). Kecerdasan emosional (emotional intelligence / EQ),
(3). Kecerdasan spiritual (spiritual intelligence / SQ),
(4). Kecerdasan emosional spiritual (emotional spiritual intelligence /ESQ),
(5). Kecerdasan adversity (adversity intelligence / AQ), dan
(6). Kecerdasan kenabian (prophetic intelligence).

Sedangkan menurut Howard Gardner (1983) menulis tentang teori kecerdasan
Konsep Multiple Intelegensi (MI), menurut Gardner (1983) dalam bukunya Frame of Mind: The Theory of Multiple intelegences, ada delapan jenis kecerdasan yang dimiliki setiap individu yaitu linguistik, matematis-logis, spasial, kinestetik-jasmani, musikal, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis. Melalui delapan jenis kecerdasan ini, setiap individu mengakses informasi yang akan masuk ke dalam dirinya. Karena itu Amstrong (2002) menyebutkan, kecerdasan tersebut merupakan modalitas untuk melejitkan kemampuan setiap siswa dan menjadikan mereka sebagai sang juara, karena pada dasarnya setiap anak cerdas. Sebelum menerapkan MI sebagai suatu strategi dalam pengembangan potensi seseorang, perlu kita kenali atau pahami ciri-ciri yang dimiliki seseorang.

    1). Kecerdasan Verbal / Linguistik
Kecerdasan verbal / linguistik merupakan kompetensi manusia yang paling penting. Pada tingkat fungsional tertinggi, kecerdasan verbal / linguistik memungkinkan kita untuk memahami makna kata-kata ucapan dan tulisan. Kecerdasan tipe ini juga memungkinkan kita untuk mengikuti berbagai aturan sintaksis dan gramatikal, serta apresiasi bunyi, ritme, serta infleksi bahasa.
    2. Kecerdasan Logika / Matematika
 Kecerdasan tipe ini berada pada domain matematika dan ilmu pengetahuan. Kecerdasan tipe ini memungkinkan kita untuk mengakses, menimbang, mengukur, dan menghitung. Kecerdasan ini memungkinkan kita untuk bekerja dengan simbol-simbol numerik, mengurutkan, dan menjajarkan informasi sebagai langkah untuk memecahkan masalah.
3.       Kecerdasan Visual / Spasial
Kecerdasan visual / spasial merupakan dasar yang membentuk kemampuan seni secara visual, termasuk menggambar, melukis, memahat. Kecerdasan seperti ini memampukan kita untuk bekerja dalam ruang 3-dimensional, seperti dalam design arsitektural atau industrial. Kecerdasan ini juga memungkinkan kita untuk membentuk imaji mental (mental image) dan memanipulasinya sehingga kita dapat melihatnya dari berbagai sudut pandang. Kecerdasan tipe ini juga memungkinkan kita menggambar dan menginterpretasi peta, melakukan navigasi, dan menemukan arah di mana pun di muka bumi.
4.       Kecerdasan Ragawi / Kinestetik
 Ciri utama kecerdasan ragawi adalah kemampuan untuk menggunakan tubuh dengan berbagai cara yang sangat beragam dan spesifik, untuk berbagai kegiatan bertujuan yang bersifat ekspresif, rekreasional, dan berorientasi-target. Contohnya paling jelas terlihat pada atlit atau penari. Kecerdasan ragawi / kinestetik dapat membantu meningkatkan belajar, karena akitivitas kognitif yang melibatkan seluruh tubuh akan meningkatkan aktivitas saraf secara keseluruhan, dengan demikian proses pemahaman dan retensi informasi akan lebih mudah dan lama.
5.       Kecerdasan Musikal / Ritmikal
 Kecerdasan musical / ritmikal berhubungan dengan irama, melodi, tonalitas, tinggi nada, dan pola musical. Kecerdasan ini paling besar pengaruhnya dalam memberikan efek pengalih-kesadaran (consciousness-altering effect) pada otak. Musik dapat mengubah perasaan atau emosi seseorang, membantu mempertahankan kinerja individu dalam suatu kondisi yang stabil. Musik juga dapat membantu individu untuk mengingat berbagai informasi yang dipelajari sebelumnya.
6.       Kecerdasan Intrapersonal
 Kecerdasan intrapersonal merupakan pengetahuan internal tentang diri sendiri, seperti lingkup perasaan dan respons emosional yang cenderung kita perlihatkan pada suatu situasi tertentu. Kecerdasan intrapersonal memonitor apa yang kita pikirkan dan pencerminan prosesnya, termasuk apa yang kita pikirkan tentang citra diri (self image) dan indentitas diri. Kecerdasan intrapersonal memberikan kapasitas untuk melihat keutuhan dan kesatuan diri, dan mengenali adanya tingkat kesadaran yang lebih tinggi (higher states of consciousness).
7.       Kecerdasan Interpersonal
 Kecerdasan interpersonal memungkinkan kita untuk berkerja dalam kelompok secara efektif, dan untuk berkomunikasi secara verbal dan nonverbal dengan orang lain. Kecerdasan ini memberikan kapasitas untuk mengenal emosi, mood, motivasi, dan maksud / kehendak orang lain. Kecerdasan ini juga memungkinkan kita untuk berempati dengan berbagai perasaan, ketakutan, dan nilai-nilai yang diyakini orang lain.
8.       Kecerdasan Naturalis
 Kecerdasan naturalis memungkinkan kita untuk mengenal berbagai atribut / karakteristik penting dalam alam, seperti berbagai atribut dalam dunia flora dan fauna, pola-pola cuaca, dan berbagai fenomena dalam dunia alami. Di masa lampau, orang-orang dengan kecerdasan seperti ini merupakan orang-orang yang dianggap memiliki pengetahuan / hikmat (wisdom). Orang-orang ini dapat “membaca” berbagai tanda dan gejala alam, seperti kapan waktu bertanam, kapan waktu panen, tanaman mana yang dapat dimakan atau digunakan sebagai obat. Pada masa kini, aplikasi kecerdasan naturalis digunakan untuk menentukan waktu berburu hewan, waktu bertani, dan banyak digunakan pada berbagai bidang ilmu biologi. Dalam masyarakat perkotaan, orang-orang dengan kecerdasan naturalis dapat menentukan berbagai tren misalnya, jalan-jalan mana yang aman atau berbahaya, jenis sepatu olahraga mana yang terbaik, baju mana yang bahannya baik, atau gaya rambut apa yang paling sesuai.
 Menurut Gardner, setiap bentuk kecerdasan ini relatif independen, dengan waktu pertumbuhan dan perkembangan yang tidak sama. Pertumbuhan kecerdasan ini dipengaruhi juga oleh budaya yang dialami setiap orang. Dengan demikian pada sebagian orang beberapa kecerdasan dapat berkembang secara kuat, namun pada sebagian lain mungkin hanya sedikit berkembang atau malah tidak sama sekali.
    2).       Aplikasi Multiple inteligensi
    Cara mengaplikasikan Multiple Intelegensi, guru seharusnya;
A.      Merencanakan pembelajaran sesuai dengan perkem-bangan mental (developmentally appropriate) siswa.
B.      Membentuk group belajar yang saling tergantung (interdependent learning groups).
C.      Mempertimbangan keragaman siswa (disversity of students).
D.      Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri (self-regulated learning) dengan 3 karakteristik umumnya (kesadaran berpikir, penggunaan strategi dan motivasi berkelanjutan).
E.       Memperhatikan multi-intelegensi (multiple intelli-gences) siswa.
F.       Menggunakan teknik bertanya (quesioning) yang meningkatkan pembelajaran siswa, perkembangan pemecahan masalah dan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
G.     Mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna jika ia diberi kesempatan untuk bekerja, menemukan, dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru (contructivism).
H.      Memfasilitasi kegiatan penemuan (inquiry) agar siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan melalui penemuannya sendiri (bukan hasil mengingat sejumlah fakta).
I.        Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui pengajuan pertanyaan (quesioning).
J.        Menciptakan masyarakat belajar (learning community) dengan membangun kerjasama antar siswa.
K.      Memodelkan (modelling) sesuatu agar siswa dapat menirunya untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru.
L.       Mengarahkan siswa untuk merefleksikan tentang apa yang sudah dipelajari.
M.    Menerapkan penilaian autentik (authentic assessment).

       Sedangkan berkaitan dengan faktor peran guru, agar proses pengajaran kontekstual dapat lebih efektif, maka guru seharusnya;
1.       Mengkaji konsep atau teori (materi ajar) yang akan dipelajari oleh siswa.
2.       Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian secara seksama.
3.       Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa, selanjutnya memilih dan mengkaitkannya dengan konsep atau teori yang akan dibahas.
4.       Merancang pengajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman siswa dan lingkungan kehidupannya.
5.       Melaksanakan pengajaran dengan selalu mendorong siswa untuk mengkaitkan apa yang sedang dipelajari dengan pengetahuan/pengalaman sebelumnya dan fenomena kehidupan sehari-hari, serta mendorong siswa untuk membangun kesimpulan yang merupakan pemahaman siswa terhadap konsep atau teori yang sedang dipelajarinya.
6.       Melakukan penilaian autentik (authentic assessment) yang memungkinkan siswa untuk menunjukkan penguasaan tujuan dan pemahaman yang mendalam terhadap pembelajarannya, sekaligus pada saat yang bersamaan dapat meningkatkan dan menemukan cara untuk peningkatan pengetahuannya.


3).     Pengembangan Multi Intelegensi dalam Pembelajaran IPA SMP.
 1.     Proses Pembelajaran yang Mengembangkan Intelegensi Verbal Linguistik.
                 Proses pembelajaran yang mengembangkan intelegensi verbal linguistic dapat merangsang perkembangan multi intelegensi dalam setiap mata pelajaran termasuk Ilmu Pengetahuan Alam.
                 Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam pembelajaran untuk mengembangkan intelegensi verbal linguistic dalam dalam pembelajaran IPA adalah mendengarkan materi yang akan dibahas dari kaset maupun dari informasi yang langsung disampaikan oleh guru, diskusi kelas, membuat hasil laporan laporan pengamatan, melakukan kegiatan wawancara, mencari bahan untuk melengkapi tugas, menulis karya ilmiah dan sebagainya.
2.       Pembelajaran yang Mengembangkan Intelegensi Logika Matematika.
Dalam Ilmu Pengetahuan Alam hal yang patut diperhatikan dalam mengajar adalah penerapan konsep dasar IPA secara tepat dalam membuat keputusansetiap hari dan membantu siswa mengenal hubungan antara Ilmu Pengetauan Alam dengan teknologi dalam kehidupan masyarakat.
 Penerapan Intelegensi Logika Matematika dalam pembelajaran IPA dapat melalui beberapa cara, yaitu:
    1) Metoda Ilmiah
 Metoda ilmiah adalah suatu cara untuk menemukan produk ilmiah dengan langkah-langkah yang logis dan matematis. Proses umum metode ilmiah secara empiris adalah:
    a. Menemukan masalah.
    b. Menyusun hipotesa atau dugaan sementara.
    c. Menguji hipotesis dengan melakukan percobaan.
    d. Menarik kesimpulan
    e. Menguji kesimpulan.
    2) Berfikir secara Ilmiah berdasarkan Kurikulum.
    3) Logika Deduktif.
    Logika deduktif adalah cara berfikir dengan menguraikan konsep yang umum ke konsep yang khusus.
Contohnya :
    a. Silogisme adalah argument yang tersusun dari dasar pemikiran dan kesimpulan.
 b. Diagram Venn, menggunakan lingkaran yang saling melengkapi untuk membandingkan sekumpulan informasi.

    4) Logika Induktif
    Logika induktif adalah cara berfikir seseorang dengan mempertimbangkan kenyataan fakta khusus kepada kasimpulan umum dengan menggunakan analogi.
    5) Meningkatkan belajar dan berfikir.
 Meningkatkan berfikir siswa, guru dalam pembelajaran menggunakan media pembelajaran.

    6) Proses berfikir secara matematika.
 Matematika mata pelajaran yang khusus berfikir abstrak dan sulit, sehingga anak tidak tertarik. Untuk itu guru dapat menyusun pembelajaran dengan pola gambar, grafik, dan pembuatan kode untuk menimbulkan keingintahuan.

    7) Bekerja dengan angka-angka.
 Siswa yang menyukai ketelitian akan menemukan kesenangan bekerja dengan angka-angka seperti pengukuran, peluang, masalah-masalah dalam bentuk cerita.
    8) Teknologi yang meningkatkan intelegensi logi-matematika.
                      Siswa dapat belajar dengan efektif dengan menggunakan software yang menarik.
 3. Proses Pembelajaran yang Mengembangkan Intelegensi Musik.
    Musik memilki kaitan yang erat dengan emosional seseorang, yaitu:
    a. Memberikan suasana yang ramah ketika siswa memasuki ruangannya.
    b. Menawarkan efek yang meredakan setelah melakukan aktivitas fisik.
    c. Melancarkan peralihan antar kelas.
    d. Membangkitkan kembali energy yang mulai sedikit.
    e. Mengurangi strees.
    f. Menciptakan suasana positif di sekolah.
    Cara yang dapat dilakukan untuk mengembagkan intelegensi music di sekolah adalah:
    a. Memasang music latar yang lembut dan universal di sekolah.
    b. Melalui pembelajaran masing-masing bidang studi yang ada di sekolah.
    Misalnya: menciptakan lagu-lagu yang bertemakan materi yang sedang diajarkan.


4. Proses Pembelajaran yang Mengembangkan Intelegensi Kinestetik.
    Ada bermacam-macam aktivitas tectile-kinestetik yang bertujuan untuk mempertinggi pembelajaran siswa di segala usia, yaitu:
    a. Lingkungan fisik : daerah ruang kelas, dalam merencanakan ruang kelas, para pengajar membuat ruangan yang bisa membuat perasaan siswa menjadi senang.
    b. Drama : teater, permainan peran, drama kreatif, simulasi ( keadaan yang meniru ) keadaan sebenarnya.
    c. Gerak kreatif : memahami pengetahuan jasmaniah, memperkenalkan aktifitas gerak kreatif,menerapkan gerak kreatif keahlian dasar, menciptakan isi yang lebih terarah dari aktivitas gerakan.
    d. Tari : bagian-bagian tari, rangkaian pembelajaran melalui tari.
    e. Memainkan alat-alat : kartu-kartu tugas,teka-teki kartu tugas, menggambar alat-alat tambahan, membuat tanda-tanda bagi ruang kelas.
    f. Permainan ruangan kelas : Binatang buruan ( binatang pemakan bangkai) permainan-permainan lantai besar, permainan-permainan merespon gerak fisik secara meanyeluruh, permainan mengulang hal yang umum.
    g. Pendidikan fisik : karakteristik dari seorang pengajar ( tentang ) fisik , pendidikan petualang, jaringan laba-laba, piramida sepuluh orang, petualangan-petuangan sepuluh orang.
    h. Kesempatan-kesempatan latihan.
    i. Perjalanan ke alam bebas.
    5. Proses Belajar yang Mengembangkan Intelegensi Visual Spasial.
    Proses belajar ini merupakan suatu proses yang mengembangkan kemampuan persepsi. Imajinasi dan estesti dalam buku Mc.Kim Experience in Visual thinking.
    Mengidentifikasi 3 komponen yang luas dari gambaran visual :
    a. Gambaran eksternal yang kita rasakan.
    b. Gambaran internal yang kita impikan / kita bayangkan.
    c. Gambaran yang kita ciptakan melalui gambar yang tak beraturan.
    6. Proses belajar yang mengembangkan Intelegensi Interpersonal.
    a. Membangun lingkungan interpersonal yang positif.
    Kriteria group yang efektif :
    1) Lingkungan kelas hangat dan terbuka.
    2) Guru dan siswa bersama-sama membuat tata tertib dan sanksi berdasarkan kemanusiaan.
    3) Proses pembelajaran saling ketergantungan yaitu melakukan peran aktif dan kontribusi darai semua siswa.
    4) Belajar bertujuan untuk belajar dari kurikulum, dari teman dan dari pengalaman.
    5) Tugas dan tanggung jawab dibagi rata, sehingga setiap anggota kelas merasa penting dalam kelas.
    b. Pembelajaran kolaboratif.
    c. Penanganan konflik.
    d. Belajar melalui tugas sosial / jasa.
    e. Menghargai perbedaan.
    f. Membangun persfektif yang beragam.
    g. Pemecahan masalah global dan local dalam pendidikan multicultural.
    h. Tekhnologi yang meningkatkan intelegensi interpersonal.

    7. Proses Belajar yang Mengembangkan Intelegensi Intrapersonal.
    a. Membangun suatu lingkungan untuk mengembangkan pengetahuan diri.
    b. Penopang penghargaan diri.
    c. Penyusunan dan pencapaian tujuan.
    d. Keterampilan berfikir.
    e. Pendidikan keterampilan emosional dalam kelas.
    f. Penulisan jurnal.
    g. Mengetahui diri sendiri melalui orang lain.
    h. Merefleksikan ketakjupan dan tujuan hidup.
    i. Belajar mengarahkan diri sendiri.
    j. Teknologi yang mempertinggi intelegensi interpersonal.
    8. Proses Pembelajaran yang Mengembangkan Intelegensi Naturalisme.
    Proses pembelajaran ini merupakan suatu proses yang mengembangkan kemampuan naturalism pada siswa yaitu :
    a. Menata lingkungan sekolah yang hijau dan asri.
    b. Dalam mempelajari materi yang berhubungan dengan klasifikasi tumbuhan, ekosistem, pencemaran lingkungan siswa diajak langsung kea lam.
    c. Sekolah menyediakan alat bantu pelajaran seperti torso dan charta tentang organ-organ tubuh manusia.
    d. Menerapkan pelajaran pertanian atau perikanan yang disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing.
    e. Sekolah mengembangkan proses pembelajaran yang dapat membangkitkan kepedulian siswa terhadap lingkungan.
    9. Proses Pembelajaran yang Mengembangkan Intelegensi Emosional.
    Pembelajaran emosional dapat meningkatkan sistem pembelajaran kognitif, dimana dengan cara ini otak emosional terlibat dalam pembelajaranpenalaran sama kuatnya dengan otak berfikir. Prinsip ini harus diterapkan oleh guru dalam mengajar, menurut Goleman, 1995 ( dalam Barbara K.Given, 2002). Hal-hal yang dapat diterapkan oleh guru dalam mengembangkan intelegensi emosional adalah sebagai berikut:
    a. Sebaiknya guru dalam mengawali pelajaran dengan sikap lemah lembut, dengan cara bertahap meningkatkan antusiame.
    b. Menciptakan suasana kelas seperti yang diinginkan siswa.
    c. Guru bias menggerakkan siswa perlahan-lahan menuju keadaan sosial emosional yang berbeda.
    d. Dalam mengajar hendaknya guru mengembangkan rasa humor yang bias menurunkan ketegangan yang mungkin timbul akibat ketidak selarasan antara guru dan siswa.
    10. Proses Pembelajaran yang Mengembangkan Intelegensi Spiritual.
    Dalam proses pembelajaran sebaiknya memperluas cakupan dari ayat- ayat Alquran serta makna-makna yang terkandung di dalamnya sehingga mengakar di dalam jiwa dan pikiran siswa dengan cara menarik hikmah dari materi pembelajaran yang disampaikan kepada siswa.



Perbedaan dan Persamaan antara Pertumbuhan dengan Perkembangan.
    Seperti yang telah di uraikan diatas bahwa Perkembangan (Development) adalah rangkaian perubahan sepanjang rentang kehidupan manusia, yang bersifat progresif, teratur, berkesinambungan dan akumulatif, yang menyangkut segi kuantitatif dan kualitatif, sebagai hasil interaksi antara maturasi dan proses belajar. Sedangkan Pertumbuhan (Growth) merupakan perubahan ukuran organisme karena bertambahnya sel-sel dalam setiap tubuh organisme yang tidak bisa diukur oleh alat ukur atau bersifat kuantitatif. Atau secara bahasanya perubahan ukuran organisme dari kecil menjadi besar.
    Maka Dapat disimpulkan bahwa perbedaan antara perkembangan (Development) dengan pertumbuhan (Growth) adalah:
    terletak pada sifat yang berlangsung pada kedua proses tersebut, dalam hal ini pertumbuhan bersifat kuantitatif sedangkan perkembangan merupakan proses yang lebih kompleks meliputi kualitatif dan kuantitatif. Serta dapat kita tarik kesimpulan bahwa pertumbuhan merupakan salah satu bagian dari proses perkembangan, karena proses pertumbuhan individu mengikuti proses perkembangan yang bersifat kualitatif.
    Kematangan (Maturation)
    Kematangan seseorang merupakan salah satu bagian dari proses perkembangan individu, perkembangan akan senantiasa diikuti oleh kematangan secara bertahap dan menjadi kompleksitas dalam proses kematangan itu sendiri. Hal ini bertahap, diukur oleh fase usia serta proses perkembangannya, sehingga seorang individu akan memperoleh kematangan sesuai dengan periode usia yang telah dicapainya. Tahap dalam perkembangan di ikuti oleh kematangan, sehingga kematangan seorang individu diukur dari tahap mana ia telah berkembang. Kematangan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu lingkungan, proses belajar, serta proses perkembangan individu tersebut.
    Kematangan seorang individu meliputi kematangan fisik atau biologis serta kematangan psikis atau psikologis. Kematangan fisik atau biologis seseorang merupakan proses yang berlangsung secara alami dan berkesinambungan, proses kematangan ini berkaitan erat dengan proses pertumbuhan seperti pertumbuhan tinggi badan, pertumbuhan tulang – tulang, pertumbuhan organ – organ seksual, tumbuhnya rambut di bagian bagian tertentu, dan pertumbuhan fisik lainnya. Sedangkan kematangan psikis meliputi kematangan cara berpikir, bergaul, kritis, berperasaan, ketertarikan pada lawan jenis, dan kematangan psikis lainnya.
    Belajar (Learning)
    Belajar merupakan proses pencarian informasi dan ilmu pengetahuan serta proses pemahaman sesuatu yang bersifat kompleks meliputi bidang pengetahuan, bersosial, serta penghayatan arti kehidupan. Proses ini sebagai pengisi dan penunjang kelangsungan hidup bergaul, bermasyarakat, dan penunjang proses berjalannya kehidupan. Proses belajar ini berjalan dari masa pre natal hingga dewasa, proses ini merupakan proses tanpa batas karena sepanjang hidup seorang individu akan senantiasa mengalami proses ini, karena penyerapan informasi ini terus berlanjut sampai seseorang itu mati. Proses belajar ini adalah salah satu dari tugas – tugas dari perkembangan seorang individu, proses belajar ini bertahap pada tiap – tiap fase perkembangan, dan merupakan tugas perkembangan (Development task). Proses ini merupakan proses yang paling berpengaruh terhadap pembentukan karakter seorang individu, jika proses ini berjalan dengan baik maka pembentukan karakter serta perilaku seorang individu tersebut akan baik juga, dan proses belajar ini berpengaruh terhadap kamatangan seorang individu (Maturation).
    YANG HARUS DILAKUKAN OLEH SEORANG GURU UNTUK DAPAT MEMAHAMI SISWANYA
    ada tiga gagasan yang diterima secara umum dalam literatur pendidikan tentang guru yang profesional.
1.       seorang profesional harus memiliki tingkat bakat dan keterampilan yang tinggi.
2.        profesional harus menggunakan keilmuannya untuk mendukung pekerjaannya,
3.       profesional harus memiliki otonomi untuk membuat keputusan yang menggabungkan antara keterampilan dan pengetahuannya. Alasan konseptual mengemukakan bahwa guru memerlukan keterlibatan pemikiran kompleks yang efektif dalam pekerjaannya. Misalnya, keragaman siswa memerlukan guru yang dapat mempertimbangkan cara mengajar yang sesuai supaya materi dapat disampaikan kepada siswa dengan berbagai latar belakang kemampuan.
    Guru harus mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Ini berarti bahwa komitmen tertinggi guru adalah kepada kepentingan siswanya.
    Guru harus menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkannya serta mengajarkannya kepada siswa. Bagi guru, hal ini merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
    Guru harus bertanggungjawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai teknik evaluasi, mulai cara pengamatan dalam perilaku siswa sampai tes hasil belajar.
    Guru harus mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan belajar dari pengalamannya. Artinya, harus selalu ada waktu untuk guru guna mengadakan refleksi dan koreksi terhadap apa yang telah dilakukannya. Untuk bisa belajar dari pengalaman, ia harus tahu mana yang benar dan salah, serta baik dan buruk dampaknya pada proses belajar siswa.
    Guru harus seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar